Kuta Sugihen


 Pemandangan Rumah Bernah dari jalan menuju Buah-Rumah Berneh : Sumber Google, perkiraan tahun 1968




Pemandangan Rumah Bernah dari jalan menuju Buah-Rumah Berneh : Sumber Google, perkiraan tahun 2019


SEKILAS TENTANG KUTA SUGIHEN KEC.JUHAR, KAB.KARO

 

Adapun jarak desa ini dari Ibu Kota Kecamatan Juhar ada sekitar 14 KM, dari Kabanjahe, Kota Kabupaten,  dan sekitar 41 Km dan 117 KM dari Medan, Ibu Kota Provinsi. Desa Sugihen secara keseluruhan memiliki luas sekitar 957 Ha, dengan batas-batas secara administratif sebagai berikut:

·         Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pertumbungen Kecamatan Munte dan Sungai (Lau Bengap)

·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bekilang Kecamatan Juhar.

·         Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nageri, Kecamatan Juhar

·         Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pernantin dan Desa Tiga Siempat.

Untuk mencapai Desa Sugihen dari Kabanjahe, dapat dicapai dengan beberapa cara, diantara:

1.       Jalur Kabanjahe, Simpang Sukarame, Kuta Embaru, Tiga Siempat, Simp. Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen

2.       Jalur Kabahnaje, Simpang Munthe, Munthe**, , Kuta Embaru, Tiga Siempat, Simp. Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen, atau Munthe**, Sukababo, Kerangtambak, Sugihen Rumah Buah.

3.       Jalur Kabanjahe, Simp. Tigabinanga, Juhar, Nageri, Simp. Lepar**, Simp. Lausangsang, Sugihen Rumah Berneh, atau Simp. Lepar**, Simpang Pernantin, Simpang Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen Rumah Buah/Rumah Gugung

Karena banyaknya jalan menuju Desa Sugihen, maka jika ada salah satu jalan yang rusak, maka bagi penduduk setempat, tidak ada halangan pergi untuk keluar ( Kalau Zaman Belanda dulu, tidak bisa dikepung).

Memasuki wilayah pemukiman, akan dijumpai persimpangan yaitu simpang tiga atau biasa juga disebut warga simpang telu Buah, dengan posisi menghadap kesebelah utara desa, simpang ke kanan adalah menuju wilayah Kerangtambak (salah satu nama ladang warga) yang dapat juga menuju Desa Sukababo Kecamatan Juhar. Dengan posisi posisi menghadap kesebelah selatan desa, simpang ke kiri adalah simpang yang menuju Rumah Berneh yang juga salah satu pemukiman penduduk atau biasa juga disebut Rumah Berneh.

Lanjut menuju Rumah Berneh, dijumpai lagi simpang Tiga, yang biasa disebut Simpang Telu Kenjahe.

Jalan lurus menuju Rumah Berneh, dan jalan belok kanan menuju Perladangan Kenjahe, Kuburan Umum dan bisa juga lanjut menuju Desa Nageri.

Jika jalan menuju Rumah Berneh ditruskan, melalui Simpang Telu Lau Sangsang, Lepar, maka dapat juga menuju Pernantin, Nageri, Juhar, Tiga Binanga, dan Kabanjahe

Menurut cerita masyarakat sejarah desa mempunyai dua versi. Versi Pertama diawali dari silsilah Marga Ginting yaitu siwah sada Ginting (Ginting Sugihen, Ginting Babo, Ginting Guru Patih, Ginting Suka, Ginting Beras, Ginting Bukit, Ginting Gara Mata, Ginting Ajar Tambun, dan Ginting Jadi Bata). Ginting berasal dari kata genting (berbentuk guci). Pendiri (simanteki kuta) desa ini adalah bernama Sugihen dan bermarga Ginting, Sugihen adalah anak dari Tindang dan mempunyai delapan saudara laki-laki dan saeorang saudara perempuan. Pada akhirnya kesembilan saudara tersebut berpisah satu sama lain. Seiring dengan petengkaran tersebut kesembilan saudara tersebut menjadi terpisah dan mencari jalan masing-masing. Pada saat itu si Sugihen pergi kesuatu daerah yang belum ada penghuninya disana mendirikan sebuah perladangan di dekat tapin Lau Sang-Sang (Pancuran Lau Sang-Sang). Beberapa lama kemudian ia mendirikan perkampungan dan tinggal menetap di desa ini sehingga pada seperti sekarang ini, ia menamai desa ini dengan namanya sendiri yaitu Sugihen.

Versi Kedua hampir sama dengan versi pertama, hanya beda tempat, menurut cerita yang berkembang bahwa istri si Tindang menetas di penaperen yang berasal dari kata naper (menetas) yang merupakan nama sebuah perladangan yang terdapat di desa ini. Sugihen adalah pendiri desa ini ia bermaga Ginting. Seiring dengan terpisahnya kesembilan saudara tersebut si Sugihen memilih tetap tinggal di daerah ini dengan mendirikan perladangan. Beberapa lama kemudian ia mendirikan sebuah perkampungan dan menamainya dengan namanya sendiri.
Berdasarkan dua versi sejarah Desa Sugihen tersebut maka yang menjadi pemukiman sebelumnya penduduk pada awalnya adalah berada di Rumah Berneh yang salah satu menjadi pemukiman penduduk pada saat ini. Awalnya hanya beberapa rumah tangga dengan bentuk bangunan rumah adat (siwaluh jabu).

Dan Seiring dengan bertambahnya penduduk, orang mendirikan rumah, di daerah yang lebih tinggi lagi, dan ada pohon Buah (Beringin) yang besar, dan dinamai rumah Buah.

Di Desa Sugihen saat selesai Perang, Rumah Adat Asli Karo, sama sekali tidak ada terbakar, karena itu sikitar tahu 1990-an, masih ada dan ditempati, yaitu Rumah Siwaluh Jabu, diantaranya Rumah Sianjong-anjong, Rumah Bilik, dan….. 

Tempat pertemuan desa untuk tempat pesta, pada desa ini masih ditemukan asli design Karo, kayunya terbuat dari kayu yang besar dan Panjang, sehingga ditengahnya tidak ada tiang penyangga, dan dinamai Djambur Siwah Sada Ginting.

Mata pencaharian penduduk adalah Bertani, dengan nama area ladang :

1.       Sebelah Selatan, Lepar, Cepen, Pergandaan,

2.       Sebelah Timur, Kenjulu

3.       Sebelah Barat, Siangkup-angkup, Kenjahe, Sageng

4.       Sebelah Utara, Barong, Tanah Mate, Kerangen Tambak

 

Pesta Tahunan/Kerja Tahun Desa Sugihen adalah 15-17 Agustus, sama seperti Desa Kec.Juhar lainya.

Di desa Sugihen, satu hari sebelum hari H kerja tahun, diadakan Panen Ikan Bersama, yaitu Endurung Tambak Beringen di area perladangan Cepen

Dikutip dari Beberapa Sumber


 


Kuta Sugihen Kuta Sugihen Reviewed by PERSADAAN SINURSUR GINTING SUGIHEN - PSGS on Maret 06, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.