Pemandangan Rumah Bernah dari jalan menuju Buah-Rumah Berneh : Sumber Google, perkiraan tahun 1968
SEKILAS TENTANG KUTA SUGIHEN
KEC.JUHAR, KAB.KARO
Adapun jarak desa ini dari Ibu Kota Kecamatan Juhar ada
sekitar 14 KM, dari Kabanjahe, Kota Kabupaten, dan sekitar 41 Km dan 117 KM dari Medan, Ibu
Kota Provinsi. Desa Sugihen secara keseluruhan memiliki luas sekitar 957 Ha,
dengan batas-batas secara administratif sebagai berikut:
·
Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Pertumbungen Kecamatan Munte dan Sungai (Lau Bengap)
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bekilang
Kecamatan Juhar.
·
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nageri,
Kecamatan Juhar
·
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pernantin
dan Desa Tiga Siempat.
Untuk mencapai Desa Sugihen dari Kabanjahe, dapat dicapai
dengan beberapa cara, diantara:
1.
Jalur Kabanjahe, Simpang Sukarame, Kuta Embaru,
Tiga Siempat, Simp. Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen
2.
Jalur Kabahnaje, Simpang Munthe, Munthe**, ,
Kuta Embaru, Tiga Siempat, Simp. Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen, atau
Munthe**, Sukababo, Kerangtambak, Sugihen Rumah Buah.
3.
Jalur Kabanjahe, Simp. Tigabinanga, Juhar,
Nageri, Simp. Lepar**, Simp. Lausangsang, Sugihen Rumah Berneh, atau Simp.
Lepar**, Simpang Pernantin, Simpang Telu Sugihen-Pernantin, Sugihen Rumah Buah/Rumah
Gugung
Karena banyaknya jalan menuju Desa Sugihen, maka jika ada
salah satu jalan yang rusak, maka bagi penduduk setempat, tidak ada halangan
pergi untuk keluar ( Kalau Zaman Belanda dulu, tidak bisa dikepung).
Memasuki wilayah pemukiman, akan dijumpai persimpangan yaitu simpang tiga atau
biasa juga disebut warga simpang telu Buah, dengan posisi menghadap kesebelah
utara desa, simpang ke kanan adalah menuju wilayah Kerangtambak (salah satu
nama ladang warga) yang dapat juga menuju Desa Sukababo Kecamatan Juhar. Dengan
posisi posisi menghadap kesebelah selatan desa, simpang ke kiri adalah simpang
yang menuju Rumah Berneh yang juga salah satu pemukiman penduduk atau biasa
juga disebut Rumah Berneh.
Lanjut menuju Rumah Berneh, dijumpai lagi simpang Tiga, yang
biasa disebut Simpang Telu Kenjahe.
Jalan lurus menuju Rumah Berneh, dan jalan belok kanan
menuju Perladangan Kenjahe, Kuburan Umum dan bisa juga lanjut menuju Desa
Nageri.
Jika jalan menuju Rumah Berneh ditruskan, melalui Simpang
Telu Lau Sangsang, Lepar, maka dapat juga menuju Pernantin, Nageri, Juhar, Tiga
Binanga, dan Kabanjahe
Menurut cerita masyarakat sejarah desa mempunyai dua versi. Versi Pertama diawali
dari silsilah Marga Ginting yaitu siwah sada Ginting (Ginting Sugihen, Ginting
Babo, Ginting Guru Patih, Ginting Suka, Ginting Beras, Ginting Bukit, Ginting
Gara Mata, Ginting Ajar Tambun, dan Ginting Jadi Bata). Ginting berasal dari
kata genting (berbentuk guci). Pendiri (simanteki kuta) desa ini adalah bernama
Sugihen dan bermarga Ginting, Sugihen adalah anak dari Tindang dan mempunyai
delapan saudara laki-laki dan saeorang saudara perempuan. Pada akhirnya
kesembilan saudara tersebut berpisah satu sama lain. Seiring dengan petengkaran
tersebut kesembilan saudara tersebut menjadi terpisah dan mencari jalan
masing-masing. Pada saat itu si Sugihen pergi kesuatu daerah yang belum ada
penghuninya disana mendirikan sebuah perladangan di dekat tapin Lau Sang-Sang (Pancuran
Lau Sang-Sang). Beberapa lama kemudian ia mendirikan perkampungan dan tinggal
menetap di desa ini sehingga pada seperti sekarang ini, ia menamai desa ini
dengan namanya sendiri yaitu Sugihen.
Versi Kedua hampir sama dengan versi pertama, hanya beda tempat, menurut
cerita yang berkembang bahwa istri si Tindang menetas di penaperen yang berasal
dari kata naper (menetas) yang merupakan nama sebuah perladangan yang terdapat
di desa ini. Sugihen adalah pendiri desa ini ia bermaga Ginting. Seiring dengan
terpisahnya kesembilan saudara tersebut si Sugihen memilih tetap tinggal di
daerah ini dengan mendirikan perladangan. Beberapa lama kemudian ia mendirikan
sebuah perkampungan dan menamainya dengan namanya sendiri.
Berdasarkan dua versi sejarah Desa Sugihen tersebut maka yang menjadi pemukiman
sebelumnya penduduk pada awalnya adalah berada di Rumah Berneh yang salah satu
menjadi pemukiman penduduk pada saat ini. Awalnya hanya beberapa rumah tangga
dengan bentuk bangunan rumah adat (siwaluh jabu).
Dan Seiring dengan bertambahnya penduduk, orang mendirikan
rumah, di daerah yang lebih tinggi lagi, dan ada pohon Buah (Beringin) yang
besar, dan dinamai rumah Buah.
Di Desa Sugihen saat selesai Perang, Rumah Adat Asli Karo,
sama sekali tidak ada terbakar, karena itu sikitar tahu 1990-an, masih ada dan ditempati,
yaitu Rumah Siwaluh Jabu, diantaranya Rumah Sianjong-anjong, Rumah Bilik, dan…..
Tempat pertemuan desa untuk tempat pesta, pada desa ini
masih ditemukan asli design Karo, kayunya terbuat dari kayu yang besar dan Panjang,
sehingga ditengahnya tidak ada tiang penyangga, dan dinamai Djambur Siwah Sada
Ginting.
Mata pencaharian penduduk adalah Bertani, dengan nama area
ladang :
1.
Sebelah Selatan, Lepar, Cepen, Pergandaan,
2.
Sebelah Timur, Kenjulu
3.
Sebelah Barat, Siangkup-angkup, Kenjahe, Sageng
4.
Sebelah Utara, Barong, Tanah Mate, Kerangen
Tambak
Pesta Tahunan/Kerja Tahun Desa Sugihen adalah 15-17 Agustus,
sama seperti Desa Kec.Juhar lainya.
Di desa Sugihen, satu hari sebelum hari H kerja tahun,
diadakan Panen Ikan Bersama, yaitu Endurung Tambak Beringen di area perladangan
Cepen
Tidak ada komentar: